Dari tahun-tahun sebelumnya, Masa Orientasi Siswa (MOS)
telah menuai banyak aksi perploncoan di kalangan siswa SMP dan SMA. Berbagai
macam kegiatan dan atribut yang sudah dipersiapkan oleh para senior dianggap
telah membangunkan sebuah tradisi yang tidak kondusif di sekolah, yaitu
senioritas dan junioritas. Murid baru yang diharuskan melewati masa-masa yang
dianggap ‘mendidik’ ini selama 6 hari, lama kelamaan merasakan takut untuk
melaksanakan proses belajar-mengajar di sekolah. Aturan-aturan senioritas yang
kasat mata seakan-akan ‘mencuci otak’ para siswa baru dan menyebabkan mereka
merasa bahwa setiap siswa baru yang mengikuti orientasi di sekolah tertentu
harus melewati ‘proses’ yang sama. Seperti inilah jalan terjadinya aksi
senioritas yang turun-temurun dari 1 angkatan ke angkatan yang lainnya.
Namun,
sejak adanya perubahan Peraturan Menteri (Permendikbud) Nomor 18 tahun 2016
mengenai MOS yang dikeluarkan pada tanggal 11 Juli 2016 oleh Menteri Pendidikan
Indonesia, Anies Baswedan, yang diubah namanya menjadi MPLS atau Masa
Pengenalan Lingkungan Sekolah, seakan membuka kesempatan bagi para siswa baru
untuk belajar dan berinteraksi dengan nyaman di sekolah. Nama melambangkan
banyak hal, begitu pula sistem di balik MPLS ini. Berdasarkan Pedoman MOS yang
baru, guru-lah yang menjadi panitia pelaksana dari MPLS tanpa sedikitpun campur
tangan dari para siswa senior.
Diharapkan dengan begitu, aksi perploncoan yang sudah menjadi tradisi di
sekolah akan hilang. Adapun beberapa tujuan dari MPLS adalah :
1. Memperkenalkan siswa pad alingkungan sekolah yang baru
mereka masuki
2. Memperkenalkan siswa pada seluruh komponen sekolah
3. Memperkenalkan siswa pada keorganisasian
4. Mengarahkan siswa untuk mengikuti kegiatan yang sesuai
dengan minat dan bakat masing-masing
5. Menanamkan sifat mental, spritiual, budi pekerti yang
baik, tanggung jawab, dan toleransi, serta berbagai nilai positif lain pada
diri siswa sebagai implementasi penanaman konsep iman, ilmu, dan amal.
Berdasarkan tujuan-tujuan
ini, MPLS diharapkan akan menciptakan generasi siswa yang lebih baik dari
sebelumnya. Jika tidak sekarang, kapan lagi?